CeritaRakyat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan. Sumber: YouTube - Dongeng Kita. Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaa di tepi sungai yang diperintah oleh seorang raja yang bijak dan baik hati. Raja tersebut memiliki tujuh orang putri yang semuanya berwajah cantik. Kian hari, usia raja sudah tak muda lagi. Legenda Sangi sang pemburu adalah salah satu dari kumpulan kumpulan cerita rakyat Kalimantan yang diwariskan secara turun temurun. Kisah dongeng anak Sangi sang pemburu tepatnya berasal dari Kalimantan Tengah dan konon menjadi asal muasal Sungai Sangi. Percaya atau tidak sungai sangi hingga saat ini masih dianggap keramat dan ditakuti warga sekitarnya. Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Sangi Sang Pemburu Syahdan di daerah aliran Sungai Mahoroi hiduplah seorang lelaki bernama Sangi. Ia dikenal sebagai pemburu tangguh. Piawai ia menyumpit. Sangat jarang sumpitannya meleset dari sasaran yang dibidiknya. Pada suatu hari ia kembali berburu di hutan. Ketika itu Sangi merasakan keanehan yang sangat mengherankannya. Sama sekali ia tidak melihat seekor hewan buruan. Tidak juga hewan-hewan besar maupun hewan-hewan kecil. Karena tidak juga menemukan hewan buruan setelah berusaha keras mencari, Sangi pun berniat pulang kembali ke rumahnya. Hatinya kesal berbaur sedih. Serasa untuk pertama kali dalam perburuannya, Sangi pulang dengan tangan hampa. Dalam perjalanan pulangnya, Sangi melewati pinggir sungai. Terbelalak ia ketika melihat kondisi pinggir sungai itu yang terlihat keruh. Sangi mengerti, itu pertanda ada babi hutan yang baru saja minum air dari sungai itu. Dengan hati-hati Sangi meneliti. Benar dugaannya. Ia menemukan jejak-jejak kaki babi hutan di tanah di dekat sungai itu. Sangi pun bergegas mengikuti jejak kaki tersebut. Sangi akhirnya menemukan babi hutan itu. Namun, sangat mengerikan keadaannya. Sebagian tubuh babi hutan itu telah berada di dalam mulut seekor ular raksasa! Sangi hanya terdiam, tidak sempat ia berlari atau bersembunyi. Sementara itu si ular raksasa terus berusaha menelan mangsanya. Beberapa kali ia berusaha namun babi hutan itu tidak juga berhasil ditelannya. Akhirnya dikeluarkannya lagi tubuh babi hutan itu. Pandangan galaknya segera tertuju kepada Sangi. Seketika itu si ular raksasa menjelma menjadi seorang pemuda gagah berwajah tampan. Ia berjalan tenang menghampiri Sangi. Katanya seraya memegang tangan Sangi, “Telanlah utuh-utuh babi hutan itu!” Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Sangi Sang Pemburu Sangi sangat terkejut. “Aku … aku tidak bisa melakukannya …” “Cepat lakukan!” bentuk si pemuda. Sangi menurut. Ditangkapnya babi hutan itu dan kemudian menelannya. Sangat mengherankan, ia mampu menelan tubuh babi hutan itu utuh-utuh! “Karena engkau telah melihatku ketika menelan babi hutan, maka kini engkau pun menjadi ular jadi jadian!” kata si pemuda. Si pemuda jelmaan ular itu lantas menjelaskan bahwa Sangi yang telah menjadi ular jadi jadian itu akan dapat hidup abadi dan mempertahankan kemudaannya. “Semua itu akan terjadi jika engkau dapat menjaga rahasiamu ini. Sekali rahasiamu ini engkau buka, maka engkau akan menjadi ular raksasa! Engkau paham?” Sangi berjanji untuk tidak sekali-kali membocorkan rahasia dirinya itu. Jika diminta memilih, ia tidak ingin menjadi ular raksasa. Ia tetap ingin menjadi manusia. Sangat senang pula ia jika dapat hidup abadi dan mempertahankan kemudaannya jika ia mampu menjaga rahasia besar dirinya itu sesuai pesan si pemuda jelmaan ular raksasa. Sejak saat itu Sangi senantiasa menutup rapat-rapat rahasianya. Kepada siapa pun juga ia tidak mengungkapkannya. Termasuk kepada istri dan anak-anaknya maupun juga kerabat dekatnya. Namun, anak-anak Sangi yang merasa keheranan dan penasaran. Sejak mereka masih kanak-kanak hingga dewasa dan akhirnya tua, mereka mendapati ayah mereka tetap muda. Ayah mereka tetap seperti pemuda meski umurnya telah mencapai seratus lima puluh tahun! Berawal dari keheranan dan penasaran itu anak-anak Sangi pun berulang-ulang bertanya pada Sangi, mengapa Sangi tetap terlihat muda meski telah sangat panjang usianya. Semula Sangi masih dapat menjaga rahasianya dengan mengemukakan berbagai alasan. Namun, karena keluarganya terus mendesaknya dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, jengkel pula Sangi dibuatnya. Sangi yang tidak tahan lagi akhirnya membuka rahasia dirinya. Akibatnya, tubuh Sangi mengalami perubahan. Sangi berubah menjadi ular raksasa. Dengan kemarahan yang meluap, Sangi pun mengutuk, “Kalian semua akan mati seluruhnya dalam waktu singkat dalam pertikaian antar sesamamu!” Sangi kemudian mengambil harta kekayaannya yang berupa keping-keping emas yang disimpannya dalam sebuah guci besar. Ia lantas menuju Sungai Kahayan dan memutuskan menjadi penjaga Sungai Kahayan di bagian hulu. Seketika tiba di pinggir Sungai Kahayan, Sangi menyebarkan emas-emas miliknya seraya mengemukakan kutukannya, “Siapa saja yang berani mendulang emas di daerah ini, maka ia akan mati tak lama setelah itu! Emas hasil dulangannya akan dipergunakan untuk mengupacarakan kematiannya!” Maka sejak saat itu anak Sungai Kahayan tempat di mana Sangi menjaga itu kemudian disebut Sungai Sangi. Sungai itu sangat dikeramatkan orang. Mereka tidak berani mendulang emas di tempat itu meski mereka meyakini emas sebesar labu kuning banyak terdapat di sana. Semuanya takut terkena kutukan Sangi. Ketakutan mereka tampaknya beralasan, karena tidak sedikit dari penduduk yang mengaku pernah melihat ular raksasa sedang duduk bersantai di atas bongkahan batu sungai saat bulan purnama di musim kemarau. Mereka yakin, ular raksasa itu adalah jelmaan Sangi. Pesan moral dari Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Sangi Sang Pemburu adalah janji hendaklah ditepati. Selain itu, rahasia diri dan keluarga hendaklah ditutup rapat-rapat. Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Pesut Mahakam Dari Judul dongeng cerita rakyat nusantara kali ini tentunya adik-adik bisa menebak bahwa cerita rakyat kali ini berasal dari Kalimantan Timur. Legenda Ikan Pesut yang ada di Mahakam dihubungkan oleh masyarakat Kalimantan Timur dengan kisah yang akan Kakak ceritakan kali ini. Penasaran dengan ceritanya? Ini dia kisahnya. Tesebutlah sebuah keluarga yang hidup di rantau Mahakam pada zaman dahulu. Keluarga itu terdiri dari sepasang suami istri beserta dua anak mereka yang terdiri dari seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan. Keluarga itu mengupayakan pertanian untuk menopang kehidupan mereka. Hasil perladangan dan perkebunan mereka banyak hingga mereka dapat hidup berkecukupan. Keluarga itu pun berbahagia. Kebahagiaan keluarga itu tampaknya tidak berlangsung lama. Sang Ibu mendadak jatuh sakit. Meski telah diupayakan untuk diberi ramuan obat-obatan dan juga didatangkan beberapa tabib untuk mengobati, namun penyakit yang diderita sang Ibu bertambah parah. Hingga akhirnya sang Ibu pun menghembuskan napas terakhirnya. Sepeninggal sang Ibu, sang Ayah lantas menikah lagi dengan seorang perempuan yang baru dikenalnya dalam sebuah pesta. Tidak jelas asal-usul perempuan itu. Ia pun menjadi ibu pengganti dua anak piatu tersebut. Ternyata, perempuan itu kejam sifatnya terhadap kedua anak tirinya. Si ibu tiri memerintahkan kedua anak itu bekerja keras di rumah. Semua pekerjaan rumah dibebankan kepada keduanya untuk mengerjakannya. Jika kedua anak itu dilihatnya malas-malasan, si ibu tiri tidak jarang memukul dan menganiaya dua anak tirinya itu. Adapun makanan yang diberikannya kepada dua anak tirinya itu adalah makanan sisa dari ayah keduanya. Ayah kedua anak itu sesungguhnya mengetahui tindakan kejam istrinya terhadap dua anaknya itu. Namun, ia hanya diam saja karena rasa cinta dan sayangnya kepada istrinya. Pada suatu hari ibu tiri itu memerintahkan dua anak tirinya untuk mencari kayu bakar di hutan. “Jangan kalian pulang sebelum kalian mendapatkan banyak kayu bakar,” perintah si ibu tiri. Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Pesut Mahakam Kedua anak itu berangkat menuju hutan. Mereka bekerja keras untuk mencari dan mengumpulkan kayu bakar. Meski telah seharian bekerja keras, kayu bakar yang mereka dapatkan mereka anggap belum cukup banyak. Keduanya lantas memutuskan untuk bermalam di hutan itu. Mereka berniat melanjutkan pencarian kayu bakar keesokan harinya. Keesokan harinya kedua anak itu kembali mencari dan mengumpulkan kayu bakar. Hingga tengah hari keduanya mencari hingga akhirnya mereka hentikan pencarian karena mereka merasa sangat lapar. Mereka berusaha mencari sesuatu yang dapat mereka makan. Namun, karena makanan yang mereka cari tidak mereka temukan, keduanya hanya bisa terduduk. Tak berapa lama kemudian keduanya tergeletak di atas tanah karena tubuh mereka lemas. Tiba-tiba muncul seorang kakek yang lantas menyapa keduanya. Kedua anak itu menceritakan kejadian yang mereka alami. Si kakek sangat iba hati. Katanya kemudian seraya menunjuk ke suatu tempat di hutan itu, “Pergilah kalian ke tempat itu. Di sana banyak tumbuh aneka tanaman buah. Kalian bisa mengambil dan memakannya hingga kalian tidak lagi kelaparan.” Dua anak itu akhirnya menemukan aneka tanaman buah seperti yang disebutkan si kakek. Mereka memakan buah-buahan yang telah masak dengan sangat lahapnya hingga keduanya merasa kenyang. Setelah perut mereka kenyang, keduanya memutuskan untuk kembali ke rumah seraya membawa kayu bakar yang banyak. Dua kakak beradik itu amat terperanjat ketika tiba di rumah, Rumah mereka terlihat kosong Ayah dan ibu tirinya ternyata telah pergi membawa semua harta benda mereka. Dua anak itu memutuskan untuk mencari ayah mereka. Beberapa tetangga yang merasa iba dengan nasib dua anak itu akhirnya menukarkan makanan mereka dengan kayu bakar. Dengan bekal makanan itulah dua anak itu pergi mencari ayah mereka. Keduanya terus berjalan hingga dua hari dua malam. Perbekalan mereka pun akhirnya habis. Beruntung mereka menemukan rumah seorang kakek. Si kakek menolong keduanya. Tidak hanya memberikan makanan, si kakek juga memberitahukan ke mana orangtua dua anak itu berada. Dua anak itu kembali melanjutkan perjalanan. Tibalah keduanya di tempat yang ditunjukkan si kakek setelah mereka menempuh perjalanan selama dua hari dua malam. Mereka menemukan sebuah rumah. Terperanjat bercampur gembira keduanya ketika mendapati pakaian ayah mereka tersampir di tali jemuran. Mereka bergegas memasuki rumah itu. Ayah dan ibu tiri mereka tidak mereka temukan di dalam rumah. Yang mereka temukan adalah bubur yang tengah dimasak di dalarn periuk. Si kakak tidak lagi bisa menahan rasa Iaparnya. Bubur yang masih berada di dalam periuk itu lantas diambil dan dimakannya. Ia sangat kepanasan. Si adik tidak mau ketinggalan. Bubur yang masih panas itu pun dimakannya, Ia juga kepanasan. Keduanya lantas berlarian untuk mencari sesuatu yang dapat membuat tubuh keduanya dingin. Mereka mencari sungai. Namun, karena sudah tidak tahan dengan panas yang mereka rasakan, keduanya bergantian memeluk batang-batang pisang Batang-batang pisang menjadi layu dan kering setelah mereka peluk. Ketika keduanya akhirnya menemukan sungai, kakak beradik itu langsung terjun ke dalam sungai. Ayah dan ibu tiri dua anak itu kembali ke rumah. Keduanya keheranan saat mendapati banyak pohon pisang yang Iayu dan hangus. Si Ayah sangat terkejut ketika tiba di rumah dan mendapati dua mandau milik anaknya tergeletak di dapur Ia dan istrinya lantas bergegas mencari. Keduanya akhirnya tiba di sungai. Mereka melihat dua ekor ikan besar yang senantiasa menyemburkan air dari kepalanya yang mirip dengan kepala manusia. Seumur hidupnya si ayah belum pernah menyaksikan ikan seperti itu. Si ayah yang keheranan bertambah heran saat mendapati istrinya telah menghilang secara gaib. Sadarlah dirinya jika istrinya itu adalah makhluk gaib. Ia sangat menyesal karena beristrikan makhluk gaib yang menyebabkannya berpisah dengan dua anaknya. Berita perihal dua ikan dengan kepala menyerupai kepala manusia itu segera tersebar. Warga berbondong-bondong datang ke sungai itu untuk membuktikan. Mereka terheran-heran ketika akhirnya melihat dua ekor ikan besar yang berulang-ulang menyembulkan kepalanya ke permukaan air sungai seraya menyemburkan air. Mereka pun menamakannya ikan pesut. Ikan yang mereka percayai merupakan penjelmaan dua anak yang berusaha menemukan ayah mereka yang telah terbujuk perempuan makhluk gaib hingga meninggalkan keduanya. Pesan moral dari kumpulan kumpulan cerita rakyat legenda pesut mahakam adalah sebelum melakukan suatu tindakan hendaklah kita memikirkan dan mempertimbangkan masak-masak. Kecerobohan akan menyebabkan kerugian dan penyesalan di kemudian hari. Marikita dukung pelestarian khazanah cerita rakyat Daerah Kalimantan Selatan seperti Maharaja sukarama dan raja-raja dari kerajaan negara daha, perebutan tahta pangeran samudera dengan pangeran tumenggung, legenda raja gubang, datu panglima amandit, datung suhit dan datuk makandang, datu singa mas, datu kurba, datu ramanggala di ida manggala, datu rampai dan datu parang di baru sungai raya
Jumlah Pengunjung 34,135 Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah – Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Kota Palangkaraya. Berdasarkan sensus tahun 2010, provinsi Kalimantan Tengah ini memiliki populasi jiwa, yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Tiga etnis dominan di Kalimantan Tengah yaitu etnis Dayak 46,62%, Jawa 21,67% dan Banjar 21,03%. Baca juga Inilah 5 Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang harus kamu tahu peta kalimantan tengah – foto Kawasan utama etnis Dayak yaitu daerah hulu dan pedalaman, Kawasan utama etnis Jawa yaitu daerah transmigrasi dan Kawasan utama etnis Banjar yaitu daerah pesisir dan perkotaan. Kalimantan Tengah Juga Memiliki Banyak Sekali Legenda Dan Cerita Rakyat Yang Masih Ipertahankan Turun Temurun Hingga Sekarang. Dari Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Tersebut Bahkan Diantaranya Masih Sering Kita Dengar Saat Menceritakan Sesuatu Tempat Di Beberapa Daerah Di Kalimantan Tengah Yang Masih Menjadi Misteri. Berikut Ini 5 Cerita Rakyat Dari Kalimantan Tengah Yang Paling Populer. 1. Asal Usul Pulau Nusa Asal Usul Pulau Nusa Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang tekenal yang pertama adalah tentang Asal Usul Pulau Nusa. Di pinggir Sungai Kahayan hidup seorang pemuda bernama Nusa. Nusa hidup bersama istri dan seorang adik ipar laki-laki. Suatu hari, Nusa dan adik iparnya pergi berburu ikan dengan menyusuri sungai kecil di dekat Sungai Kahayan. Karena di tengah perjalanan ada pohon tumbang yang menghalangi perjalanan mereka, Nusa memutuskan berburu ke hutan. Di hutan, Nusa menemukan sebuah telur besar. Ia dan adik iparnya kemudian membawa telur itu pulang. Sesampainya di rumah, istri Nusa terheran-heran melihat telur yang begitu besar. Ia khawatir telur itu akan mendatangkan marabahaya. Nusa marah dan memutuskan untuk memakan telur itu untuk dirinya sendiri. Ternyata benar telur ini memunculkan malapetaka bagi Nusa, seluruh tubuhnya dipenuhi bercak merah yang panas dan gatal. Makin lama, bercak-bercak merah itu berubah menjadi sisik. Karena tubuhnya terasa panas, Nusa meminta adik iparnya untuk memasukkannya ke dalam Sungai Kahayan. Betapa terkejutnya semua orang, ketika tubuh Nusa masuk ke sungai, Nusa berubah menjadi seekor naga yang sangat besar. Nusa kemudian berpesan kepada istrinya bahwa akan datang hujan lebat disertai badai, dan meminta istrinya beserta warga lain untuk mengungsi. Malamnya, hujan lebat turun dan membuat Sungai Kahayan banjir. Tubuh Nusa terbawa arus hingga muara Sungai Kahayan. Singkat cerita, Naga Nusa mati diserang ribuan ikan di Sungai Kahayan. Tubuhnya habis dan menyisakan tulang belulang yang lambat laun ditumbuhi semak dan pepohonan. Lama kelamaan kerangka Naga Nusa berubah menjadi pulau yang kemudian dikenal dengan nama Pulau Nusa. 2. Asal Usul Danau Malawen Asal Usul Danau Malawen – foto Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang tekenal berikutnya adalah asal usul danau melawan. Dahulu kala dikisahkan ada seorang pemuda bernama Kumbang Banaung. Ia adalah seorang pemuda yang tampan. Ia hidup bersama kedua orangtuanya yang sudah tua dan hidup sangat sederhana. Namun ia adalah seorang anak yang suka bertindak kasar dan memaksa kepada orangtuanya. Ketika ayahnya sedang sakit keras, Kumbang memaksanya untuk menemani dirinya pergi berburu yang tentu saja ditolak. Meskipun dengan bersungut-sungut, akhirnya Kumbang pergi berburu seorang diri. Sebelum ia pergi, ayahnya memberikan sesuatu kepadanya. “Bawalah ini. Ini adalah piring malawen. Jika kau mengalami kesulitan, lemparkanlah piring ini. Kelak kau akan tertolong.” kata sang ayah. Baca juga Ini dia Cerita Rakyat Kalimantan Selatanyang paling terkenal Legenda Danau Malawen Kumbang pun pergi berburu. Tak disangka, di kejauhan ia melihat sebuah desa. Ia berjalan memasuki desa tersebut yang bernama Desa Sanggu. Di sana sedang diadakan semacam pesta rakyat untuk merayakan masa perubahan anak gadis Kepala Desa dari gadis kecil ke ambang kedewasaan. Gadis cantik jelita itu bernama Intan. Seketika, Kumbang jatuh cinta kepada Intan. Keesokan harinya, Kumbang kembali pamit untuk pergi berburu. Padahal, ia pergi ke Desa Sanggu. Akhirnya, Kumbang berhasil berkenalan dengan Intan dan mereka pun sepakat menjalin kasih. Suatu hari, Intan menceritakan bahwa ia telah dijodohkan dengan seorang pengusaha rotan yang kaya raya. Kumbang yang gundah pulang untuk menemui kedua orangtuanya. Kepada orangtuanya ia mengutarakan niatnya untuk segera melamar Intan. Ayah dan Ibu Kumbang merasa keberatan karena perbedaan status sosial. Namun Kumbang bersikeras dan memutuskan ke Desa Sanggu untuk menemui Intan. Ia mengajak Intan untuk pergi dari desa, dan Intan menyetujuinya. Warga yang melihat mereka, berusaha mengejar kedua sejoli tersebut. Dalam kejaran warga, tiba-tiba Kumbang ingat akan benda sakti yang diberikan ayahnya, piring malawen. Segera saja ia melempar piring itu ke tepi sungai. Ajaib sekali, piring tersebut berubah menjadi besar. Kumbang dan Intan naik ke atas piring untuk menyeberang sungai. Mereka bernapas lega, karena mereka selamat dari kejaran warga. Namun, ketika sampai di tengah sungai, tiba-tiba terjadi badai dahsyat disertai petir menyambar dan hujan yang sangat lebat. Piring malawen itu pun terbalik. Sungai itu kemudian menjelma menjadi sebuah danau. Masyarakat kemudian menamakannya dengan Donau Malawen. Konon kabarnya, Kumbang dan Intan berubah menjadi sepasang buaya putih penunggu danau tersebut. 3. Legenda Hantuen Legenda Hantuen – Source Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah lainnya yang cukup terkenal adala Legenda Hantuen. Cerita berawal dari seorang gadis cantik bernama Tapih yang kehilangan topinya di Sungai Rungan. Tapih dan ayahnya kemudian menyusuri Sungai Rungan hingga sampai di Desa Sepang Simin. Ternyata topi Tapih ditemukan oleh pemuda desa itu, yang bernama Antang Taung. Ayah Tapih menawarkan hadiah kepada Antang Taung, namun Antang Taung justru meminta imbalan berupa menikahi Tapih. Namun Tanpa ragu, Tapih menerima pinangan tersebut dan pesta pernikahan pun digelar dengan meriah. Adat istiadat setelah menikah yang mengharuskan pengantin tinggal di rumah orangtua masing-masing secara bergantian dirasa berat karena jarak kedua desa yang jauh. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat jalan pintas antara kedua desa. Dan para Penduduk kedua desa bergotong royong membangun jalan, bahkan mereka mendirikan pondok untuk beristirahat kala lelah. Namun, berkali-kali makanan dan barang-barang di pondok itu raib. Ternyata seekor siluman angkes yang mencurinya. Warga pun menangkap siluman tersebut. Si siluman meminta ampun dan memohon untuk dilepaskan dan menjanjikan untuk membantu warga menyelesaikan pekerjaan jalan dalam waktu tiga hari. Semua orang pun setuju dan siluman angkes tersebut menepati janji. Siluman angkes yang dapat menjelma menjadi pemuda tampan itu pun membuat Tapih dan Antang Taung terkagum-kagum. Dan akhirnya Mereka memutuskan untuk menjadikannya anak angkat. Suatu hari, dikabarkan bahwa Tapih sedang mengandung. Ia mengidam makan ikan tomang. Antang Taung pun segera ke sungai untuk menangkap seekor ikan tomang. Namun ternyata ikan itu menjelma menjadi seorang bayi perempuan yang cantik. Dengan suka cita, Antang Taung menyerahkannya pada Tapih. Bayi itu tumbuh dengan cepat dan menjadi seorang gadis cantik. Ia dan siluman angkes saling jatuh cinta dan akhirnya menikah dan melahirkan seorang bayi. Sayangnya, tak berapa lama bayi tersebut meninggal. Begitu pun dengan bayi yang dikandung Tapih. Sesuai adat istiadat, kuburan bayi akan digali kembali. Ketika kuburan bayi kedua manusia jelmaan tersebut digali, yang ada adalah tulang belulang ikan. Sepasang siluman itu pun meninggalkan desa dengan rasa malu. Mereka memutuskan untuk tinggal di hutan dan melahirkan banyak keturunan di sana. Keturunan mereka disebut dengan hantuen. Hantuen dipercaya mewujud manusia pada siang hari dan berubah menjadi hantu tanpa tubuh yang mengincar darah bayi di malam hari. 4. Patung Abeh patung abeh – oto Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah selanjutnya adalah cerita rakyat yang berjudul Patung Abeh. Zaman dahulu kala di pedalaman Kalimantan Tengah, hiduplah seorang janda dan anaknya. Mereka hidup dengan berkebun atau berladang di pedalaman. Mereka hidup miskin, sementara si anak baru berusia lima tahun. Suatu hari, mereka benar-benar kehabisan beras hingga si anak merengek-rengek kelaparan. Sang ibu berusaha bekerja tiada henti agar anaknya bisa makan. Namun sayang, ketika makanan sudah tersedia, anaknya telah pergi tanpa jejak. Dalam keadaan bingung sang ibu menutup pintu rumah, lalu muncullah si anak dari balik pintu dengan wajah yang tersenyum sembari berkata, “Ibu, biarlah Abeh melupakan segalanya.” Kemudian sosok anak itu hilang dan hanya meninggalkan sebuah patung yang berkilauan dengan wajah mirip dengan Abeh, anak perempuan itu. Dengan penuh duka, sang ibu mengambil patung tersebut dan menyimpannya baik-baik. Patung itu kemudian dikenal dengan nama patung Abeh. Baca juga Inilah Cerita Rakyat dari Kalimantan yang terkenal inilah 6 Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah yang indah 5. Asal Usul Burung Elang Asal Usul Burung Elang Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang juga sering didengar adalah Asal Usul Burung Elang. Pada suatu hari, Raja Sangiang sakit dan meminta anaknya untuk mencari tabib yang telah terkenal dengan obat mujarabnya. Ia segera berangkat keluar desa dan meminta tabib untuk datang ke rumahnya. Namun tabib justru berkata, “ayahmu sudah sembuh!” Sang anak tidak percaya begitu saja, karena ketika ia bereangkat, ayahnya masih dalam keadaan sakit. Akhirnya si tabib memberikan sebuah kipas seraya berkata, “kalau setibanya di sana ayahmu masih sakit, kipaslah ayahmu dengan kedua kipas ini.” Si anak pun pulang dengan perasaan kecewa karena tidak berhasil membawa tabib ke rumah. Namun sungguh ajaib, sesampainya di rumah memanglah ayahnya telah sembuh seakan-akan tidak pernah sakit. Si anak senang ayahnya telah sembuh, namun kecewa karena merasa usahanya mencari tabib sia-sia belaka. Sang ayah yang melihat kekecewaan anaknya pun bertanya, apa yang dipesankan tabib. Anaknya menjawab sesuai yang dipesankan kepadanya. “Kalau begitu kipaslah aku dengan kedua kipas itu,” Raja Sangiang berkata. Namun anaknya menolak dengan mengatakan, “Ah, tak perlu lagi. Ayah sudah sembuh.” Kemudian sang anak membuang kedua kipas tersebut. Kedua kipas itu melayang tinggi ke langit dan menjelma menjadi sepasang burung yang belum pernah dijumpai sebelumnya, dan kini dikenal dengan nama burung elang. ** Itula tadi beberapa Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang tekenal yang hingga sekarang masih sering diceritakan. Semoga membantu kalian yang sedang mencari artikel tentang cerita rakyat.
  1. Ωво эжաኢኻвс
  2. ሔጊтр рቆт
  3. Наտи иւ оሥቻኃеλኮ
    1. Ρесн крኸձօжፕж
    2. ፒел էηε каփስгի
    3. Цաካеды щխр
Berikuturaian singkat dari budaya Sulawesi Selatan. 1. Rumah Adat. Rumah adat Sulawesi Selatan disebut Tongkonan. Tongkonan adalah rumah adat orang Toraja di Sulawesi Selatan. Cerita yang dikenal masyarakat Banjar yakni cerita tentang percintaan antara Kasan Mandi dengan Galuh Putri Jung Masari. Ketika Agama Islam masuk ke Kalimantan

Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Terbaik akan kami posting di hari ini untuk melengkapi koleksi Cerita Rakyat Nusantara lainnya. Kalimantan Selatan adalah satu dari sekian propinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Disini hutan-hutan terhampar indah laksana permadani. Di tengah hutan tersebut hidup beraneka ragam tumbuhan dan hewan. Salah satu hewan yang sangat terkenal adalah burung punai. Menurut masyarakat setempat, asal muasal keberadaan burung punai di daerah ini sering dihubungkan dengan cerita rakyat Datu Pulut Asal Mula Burung Punai. Alur cerita ini mirip dengan cerita Mahligai Keloyang dan Putri Mambang Linau di Propinsi Riau. Dalam cerita tersebut dikisahkan bahwa seorang pemuda mendapati tujuh orang putri yang hendak mandi di telaga turun dari Kahyangan. Pada saat putri tersebut sedang asyik mandi, dengan hati-hati sang Pemuda mengambil salah satu selendang yang diletakkan di pinggir telaga. Setelah beberapa lama mandi, hari pun mulai senja. Saatnya ketujuh putri tersebut kembali ke Kahyangan. Namun ketika mereka ingin kembali, salah satu dari ketujuh putri tersebut tidak bisa terbang ke angkasa, karena selendangnya telah diambil oleh sang Pemuda. Akhirnya, putri yang malang itu kemudian ditinggalkan oleh keenam saudaranya di bumi sendirian. Pemuda yang telah mengambil selendangnya itu kemudian menemui sang Putri dan mengajaknya untuk menikah. Di akhir cerita, mereka berpisah setelah dikaruniai anak. Sang Putri kembali ke tempat asalnya di Kahyangan meninggalkan suami dan anaknya di bumi. Masyarakat pendukung cerita tersebut, biasanya mengaitkannya dengan asal mula terjadinya sesuatu. Seperti dalam cerita Mahligai Keloyang, yang telah melahirkan nama Kecamatan Kelayang; dan cerita Putri Mambang Linau, yang telah melahirkan nama tarian Olang-olang di Riau. Demikian pula cerita Dutu Pulut yang telah melahirkan sebuah nama burung yang dikenal dengan burung punai. Kata “punai” diambil dari nama sebuah pohon di daerah Kalimantan Selatan yang disebut pohon berunai. Sesuai dengan pesan sang Bidadari, setiap kali anaknya menangis, Datu Pulut harus membuat ayunan untuk anaknya di atas pohon berunai. Pada saat itulah sang Bidadari yang dikawal keenam saudaranya datang menyusui anaknya. Tapi dengan syarat, Datu Pulut tidak boleh mendekat, apalagi menyentuhnya. Namun, Datu Pulut melanggar larangan itu. Ketika istrinya sedang menyusui anaknya, Datu Pulut mendekat dan menyentuh sang Bidadari. Ketika itu pula, tiba-tiba sang Bidadari dan keenam saudaranya menjelma menjadi burung punai. Kenapa Datu Pulut melanggar larangan itu? Untuk mengetahui jawabannya, ikuti kisahnya dalam cerita Datu Pulut Asal Mula Burung Punai berikut ini. Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Terbaik Asal Mula Burung Punai Konon, di daerah Kalimantan Selatan, tersebutlah seorang pemuda pengembara yang bernama Andin. Ia adalah anak sebatang kara, tidak punya Abah dan Uma. Ia juga tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Ia mengembara dari satu desa ke desa lain, menjelajahi hutan belantara dan melewati berbagai negeri seorang diri. Suatu hari, tibalah Andin di Desa Pakan Dalam yang berawa-rawa dan bersungai. Di permukaan rawa-rawa itu terlihat pemandangan yang sangat indah. Beraneka ragam bunga yang tumbuh mekar dan harum, sehingga burung yang senang mengunjungi daerah itu. Karena banyak burung yang cantik dan merdu di desa itu, banyak penduduk yang bekerja mamulut burung. Melihat kehidupan masyarakat di daerah itu makmur, maka Andin pun memutuskan menetap di sana. “Ah, lebih baik aku menetap di sini saja. Aku tidak akan kesulitan menghidupi diriku,” gumam Andin. Meskipun tidak memiliki lahan untuk bertani atau beternak hewan, ia masih memiliki sebuah harapan yaitu mamulut burung. Dari situlah ia bisa menghidupi dirinya. cerita rakyat kalimantan selatan terpopuler Hari dan bulan telah berganti. Tak terasa, sudah satu tahun Andin menetap di Pakan Dalam. Penduduk setempat sangat menyukai Andin, karena perangainya baik dan santun. Setiap hari Andin pergi mamulut burung. Pagi-pagi sekali ia sudah berangkat, dan kembali setelah hari mulai senja. Karena setiap hari pergi mamulut burung, penduduk desa memanggil Andin dengan sebutan Andin Pulut. Karena keahlian Andin mamulut burung tidak ada yang menandingi di desa itu, maka sebagian besar penduduk memanggilnya Datu Pulut. Artinya, orang yang sangat pandai dan berpengalaman mamulut burung. Seperti biasa, pagi itu Datu Pulut bersiap-siap berangkat mamulut. Tak berapa lama kemudian, ia sudah terlihat di atas jukungnya menuju hilir. Ia terus mengayuh jukungnya menyusuri sungai. Setelah menemukan tempat yang cocok, ia pun turun dari jukungnya. Lalu, ia memasang pulut di sejumlah pohon di pinggir sungai. Setelah itu, ia kembali ke jukungnya menunggu pulutnya terkena burung sambil tiduran . Tengah asyik tiduran, tiba-tiba hujan turun. Ia pun cepat-cepat naik ke daratan. Tak jauh dari tempatnya memasang pulut, ditemu­kannya beberapa pohon yang besar lagi rindang. Di bawah pepohonan itu terdapat sebuah telaga yang cukup luas dan berair jernih. Ia sangat senang menemukan tempat berteduh yang nyaman. “Aha…, aku dapat berteduh di sini sambil menunggu hujan reda,” gumam Datu Pulut. Beberapa saat kemudian, hujan pun mulai reda. Datu Pulut kemudian manukui jebakan pulutnya. Namun, saat akan beranjak dari tempatnya, tiba-tiba ia mendengar suara perempuan yang sedang bergembira. Tanpa pikir panjang, ia cepat-cepat bersem­bunyi di balik pohon seraya mengintip. Kini suara itu semakin jelas dan semakin dekat. Tiba-tiba ia tersentak ketika melihat tujuh bidadari melayang-layang turun dari langit menuju telaga. Ketujuh bidadari tersebut mengenakan selendang berwarna pelangi. Dari ketujuh bidadari tersebut, bidadari yang berselendang warna jinggalah yang paling cantik. Datu Pulut sangat terpesona melihatnya. “Aduhai, cantik sekali bidadari yang berselendang jingga itu,” gumam Datu Pulut takjub. Para bidadari itu turun dan meletakkan selendangnya di atas bebatuan. Mereka mandi sambil bercengkerama dan bersuka ria. Pada saat itulah, Datu Pulut memanfaatkan kesempatan. Dengan hati-hati, ia mengambil selendang yang berwarna jingga itu, lalu dimasukkannya ke dalam butahnya. Kemudian, ia cepat-cepat kembali bersembunyi di balik pohon. Tak terasa, hari mulai senja. Saatnya bidadari tersebut kembali ke Kahyangan. Satu per satu mereka mengenakan kembali selendangnya. Tetapi bidadari yang tercantik itu tidak menemukan selendangnya. Saudara-saudaranya turut membantu mencari ke sana ke mari. Namun tak kunjung mereka temukan. Hari pun semakin senja. Keenam bidadari tersebut terpaksa meninggalkan bidadari cantik yang malang itu seorang diri. Bidadari yang cantik itu sangat sedih ditinggal oleh saudara-saudaranya. “Abah, Uma, tolong ananda. Ananda takut sendirian di bumi ini. Kenapa nasib ananda begini malangnya?” Bidadari itu terus menangis meratapi nasibnya. Datu Pulut merasa iba melihat bidadari itu. Ia pun segera keluar dari tempatnya bersembunyi, lalu menghampirinya. “Apa yang telah terjadi, Adingku? Mengapa berada di tepi telaga seorang diri?” sapa Datu Pulut pura-pura tidak tahu kejadian yang menimpa sang Bidadari. “Selendang saya hilang, tuan! Tahukah tuan dimana selendang saya?” bertanya pula bidadari itu. Datu Pulut tidak menjawab pertanyaan itu, ia tidak ingin sang Bidadari kembali ke Kahyangan. Lalu diajaknya sang Bidadari pulang bersamanya. Setelah sampai di gubuk reyotnya, Datu Pulut bercerita kepada sang Bidadari bahwa ia belum berkeluarga dan berniat untuk memperistrinya. “Wahai, Adingku! Bersediakah kamu menjadi istriku?” tanya Datu Pulut kepada bidadari. Mendengar pertanyaan itu, sang Bidadari pun bersedia menikah dengan Datu Pulut, karena ia tidak mungkin kembali ke Kahyangan tanpa selendangnya. Setelah itu, mereka hidup bahagia dan saling menyayangi. Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik jelita. Maka semakin lengkaplah kebahagiaan keluarga itu. Datu Pulut semakin rajin dan bersemangat bekerja. Ia sering pergi mamulut hingga petang. Sementara, bidadari menyiapkan berbagai masakan yang lezat untuk suaminya. Pada suatu hari, sang Bidadari hendak menanak nasi. Namun, persediaan beras di padaringan habis. “Tidak biasanya Kaka lupa mengisi beras di padaringan. Ini kok habis?” kata sang Bidadari dalam hati. Kemudian, ia masuk ke dalam kindai untuk mengambil padi. Sejak menikah dengan Datu Pulut, ia tidak pernah mengambil padi di tempat itu. Baru mengambil padi beberapa takaran, sang Bidadari terpana melihat sebuah butah tergeletak di sela-sela timbunan biji padi. Ia penasaran ingin mengetahui isi butah itu. Maka dibukanya tutup butah itu. Tanpa diduga-duga, dilihatnya selendang kahyangannya. Kini, sang Bidadari tersadar, ternyata suaminyalah yang telah mengambil seledangnya beberapa tahun yang lalu. Ia pun Kahimungan, dan segera menyimpan selendang itu baik-baik. Menjelang senja, Datu Pulut pun datang membawa hasil pulutannya. Sang Bidadari menyambutnya seperti biasanya, sehingga Datu Pulut tidak curiga sedikit pun, jika istrinya telah menemukan selendang kahyangannya. Malam semakin larut, Datu Pulut sudah tertidur pulas di samping anaknya, karena letih mamulut sepanjang hari. Sang Bidadari masih belum juga dapat memejamkan matanya. Pikirannya melayang-layang, teringat orang tua dan saudara-saudaranya di negeri Kahyangan. Perasaannya bercampur baur, sedih dan bimbang. Ia ingin kembali ke negeri asalnya, tetapi tidak tega meninggalkan suami dan anaknya. “Oh… Abah, Umah! Aku sangat merindukan kalian. Tapi bagaimana dengan nasib anak dan suamiku jika aku meninggalkan mereka?” keluh sang Bidadari kebingungan. Namun, sang Bidadari harus mengambil keputusan antara kembali ke kahyangan atau tinggal di bumi. Akhirnya, setelah dipikir-pikir ia pun memutuskan meninggalkan bumi. “Aku harus kembali ke Kahyangan,” tegas sang Bidadari dalam hati. Keesokan harinya, Datu Pulut pulang dari mamalut. Ia tersentak kaget ketika melihat istrinya sudah berpakaian lengkap dengan selendang warna jingganya sambil mendekap anak mereka. Belum sempat Datu Pulut berkata-kata, sang Bidadari langsung berpesan kepadanya, “Maafkan Ading, Kaka! Ading harus kembali ke Kahyangan. Peliharalah putri kita baik-baik. Jika ia menangis, buatkanlah ayunan di pohon berunai. Saat itu Ading akan datang menyusuinya, dengan syarat Kaka tidak boleh mendekat.” Mendengar pesan istrinya, Datu Pulut pun berjanji untuk selalu mengingat pesan itu. Sesaat kemudian, tiba-tiba sang Bidadari terbang melayang ke angkasa meninggalkan suami dan putri tercintanya. Sejak saat itu, jika putrinya menangis, Datu Pulut segera membuatkan ayunan di pohon berunai yang tak jauh gubuknya. Tak lama setelah itu, datanglah istrinya untuk menyusui anaknya dengan dikawal oleh saudara-saudaranya. Datu Pulut hanya bisa melihat dari arah jauh dengan penuh kesabaran. Meskipun sebenarnya ia sangat merindukan istrinya, perasaan itu terpaksa ia pendam dalam hati. Tanpa terasa, beberapa bulan telah berlalu. Setiap manusia memiliki batas kesabaran. Datu Pulut tidak bisa lagi menahan rasa rindunya kepada istrinya. Pada suatu hari, saat istrinya sedang menyusui anaknya, secara diam-diam Datu Pulut mendekat. Rupanya ia lupa pada pesan istrinya. Pada saat ia akan menyentuh istrinya, tiba-tiba terjadi keajaiban yang sangat luar biasa. Sang Bidadari dan saudara-saudaranya berubah menjadi tujuh ekor burung punai. Ketujuh burung itu pun terbang ke alam bebas dan meninggalkan Datu Pulut beserta putrinya. Datu Pulut hanya mampu menyesali dirinya. Namun apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur. Setiap kali putrinya menangis, ia membawanya ke bawah pohon berunai. Namun, istrinya yang telah menjadi burung punai tak pernah datang lagi. ——– Menurut kisah diatas burung punai yang ada di daerah Kalimantan Selatan merupakan penjelmaan dari tujuh bidadari cantik yang jelita. Konon, sampai saat ini sebagian penduduk di Desa Pakan Dalam, Kecamatan Daha Utara, tidak mau memakan burung punai, sebab mereka menganggap burung punai itu penjelmaan bidadari. Adapun hikmah yang dapat diambil untuk dijadikan sebagai suri tauladan dalam cerita rakya dari Kalimantan Selatan ini adalah bahwa kita harus memiliki perangai yang baik dan santun, dan suka bekerja keras. Sifat-sifat ini tercermin pada sifat Datu Pulut. Ia memiliki sifat baik hati dan sopan santun, sehingga ia disenangi oleh seluruh masyarakat yang ada di sekitarnya. Sifat suka bekerja keras juga tercermin pada sifat Datu Pulut, ia sangat rajin mamulut burung. Pagi-pagi sekali, ia sudah berangkat mamulut dan baru pulang ketika hari menjelang senja. Bekerja keras memang menjadi kewajiban dan tanggung jawab setiap orang. Orang yang suka bekerja keras hidupnya akan makmur. Orang tua-tua Melayu pernah mengatakan bahwa kejayaan orang Melayu ditentukan oleh ketekunan dan kesungguhan mereka dalam bekerja. Dalam ungkapan dikatakan, “kalau Melayu hendak berjaya, bekerja dengan sesungguhnya,” “siapa rajin, hidup terjamin,” atau “siapa tekun berdaun rimbun.” Bagi orang Melayu, bekerja mencari nafkah sangat diutamakan dan dijadikan tolok ukur dalam menilai atau melihat kepribadian seseorang. Siapa yang mau bekerja keras, rajin, dan bersungguh hati dianggap sebagai teladan dan bertanggung jawab, serta dihormati oleh anggota masyarakatnya. Di dalam tunjuk ajar Melayu, keutamaan bekerja keras, rajin, dan tabah cukup banyak disebutkan. Tenas Effendy dalam bukunya Tunjuk Ajar Melayu juga banyak menyebutkannya, di antaranya apa tanda Melayu jati, bekerja keras di mana pun jadi apa tanda Melayu bertuah, rajin bekerja mencari nafkah apa tanda Melayu terpilih, bekerja keras mencari bekalan Dalam buku itu, Tenas Effendy juga melantunkannya dalam bentuk syiar, di antaranya wahai ananda dengarkan amanah, bekerja keras janganlah lengah supayat hidupmu beroleh berkah dunia akhirat mendapat faedah wahai ananda cahaya mata, rajin dan tekun dalam bekerja penat dan letih usah dikira supaya kelak hidupmu sejahtera Tenas Effendy juga melantunkannya dalam beberapa untaian pantun, di antaranya banyak raja banyak rakyatnya rakyat melimpah serata negeri elok kerja banyak manfaatnya manfaat menjadi tuahnya diri apa tanda parang berbaja kalau diasah bajanya nampak apa kelebihan orang bekerja ke tengah ke tepi tiada tercampak Kamus kecil Mamulut menjerat burung dengan getah Jukung sampan Manukui melihat, memeriksa jerat Butah keranjang kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kulit bambu yang dianyam Abah ayah Uma ibu Ading adik, panggilan suami untuk istrinya Padaringan tempat untuk menyimpan beras Kindai lumbung tempat menyimpan padi. Kaka kakak; panggilan istri untuk suaminya * * * Sumber dari cerita rakyat kalimantan selatan terpopuler adalah Isi cerita diringkas dari Rohliansyah, Pahmi. 2006. Datu Pulut Asal Mula Burung Punai. Yogyakarta AdiCita Karya Nusa Tenas Effendy. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita Karya Nusa.

CERITARAKYAT KALIMANTAN TENGAH. Liang Saragih Singkat cerita, Saragi yang yatim berhasil memenuhi semua persyaratan yang diajukan raja. Bersama ibunya, Saragi dibawa ke istana. Asal Mula Danau Malawen Danau Malawen adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten Barito selatan,Buntok, Kalimantan Tengah, Indone
Setelah adik-adik selesai membaca salah satu kisah yang diambil dari kumpulan legenda cerita rakyat dari Kalimantan Selatan ini, adik-adik tentu akan berpendapat bahwa cerita rakyat Indonesia ini memiliki persamaan dalam unsur cerita rakyat dengan salah satu cerita rakyat Nusantara dari daerah Sumatera Barat. Iya benar tebakan adik-adik, cerita rakyat kali ini sangat mirip dengan Cerita Rakyat Malin kundang. Walaupun cerita kali ini tidak terkenal seperti Kisah Malin Kundang namun legenda rakyat Putmaraga sangat menarik untuk disimak. Ingat yah pesan dari Hikayat Putramaraga adalah agar kita selalu berbakti kepada kedua orang tua kita. Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Hikayat Putmaraga Tersebutlah sebuah keluarga miskin yang tinggal di desa Kalampaian. Keluarga itu terdiri dari seorang ibu dan anak lelaki satu-satunya. Putmaraga nama anak lelaki itu. Sepeninggal sang ayah, kehidupan keluarga itu bertambah kesulitan. Kerap Putmaraga dan ibunya merasakan kekurangan. Pada suatu malam ibu Putmaraga bermimpi didatangi seorang nenek renta. Si nenek renta berujar kepadanya, “Galilah tanah di belakang rumahmu, di antara pohon nangka.” Keesokan harinya ibu Putmaraga mengajak anaknya untuk menggali tanah di belakang rumahnya sesuai pesan nenek renta dalam impiannya. Tidak mereka duga, mereka menemukan sebuah guci Cina yang sangat besar. Isi guci besar itu membuat ibu Putmaraga dan Putmaraga amat tercengang. Mereka mendapati intan dan berlian yang sangat banyak jumlahnya di dalam guci. Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan Putmaraga memberikan usulnya, “Kita bawa intan dan berlian ini kepada Kepala Suku. Kita tanyakan kepada beliau, kepada siapa kita hendaknya menjual intan dan berlian ini.” Ibu Putmaraga setuju dengan usul anaknya. Mereka lantas membawa intan dan berlian temuan mereka itu kepada Kepala Suku. Kepala Suku menyarankan agar mereka membawa intan dan berlian itu ke Medangkamulan. Katanya, “Raja Medangkamulaan terkenal kaya raya. Ia tentu mampu membeli intan dan berlian kalian yang sangat mahal harganya ini.” Ibu Putmaraga akhirnya meminta anaknya itu berangkat menuju Medangkamulan. Ia berpesan agar anaknya itu senantiasa bersikap jujur dan tidak sombong. “Lekas engkau kembali setelah berhasil menjual intan dan berlian ini.” Putmaraga berjanji akan mematuhi semua pesan ibunya. Dengan menumpang sebuah kapal besar milik seorang saudagar, Putmaraga akhirnya tiba di Medangkamulan. Benar seperti saran Kepala Suku, Raja Medangkamulan bersedia membeli intan dan berlian itu dengan harga yang pantas. Raja Medangkamulan malah menyarankan agar Putmaraga tinggal di Medangkamulan. Putmaraga lantas berdagang. Usaha perdagangannya membuahkan hasil yang banyak baginya. Di Medangkamulan itu Putmaraga terus membesarkan usaha dagangnya hingga beberapa tahun kemudian Putmaraga telah dikenal sebagai seorang saudagar yang sangat berhasil. Ia adalah saudagar terkaya di Medangkamulan. Raja Medangkamulan sangat terkesan dengan semangat dan usaha Putmaraga. Ia pun menikahkah salah satu putrinya dengan Putmaraga. Usaha dagang Putmaraga kian membesar setelah ia menjadi menantu Raja Medangkamulan. Putmaraga menyatakan kepada istrinya bahwa ia masih mempunyai ibu. Ia bahkan menjanjikan kepada istrinya untuk menemuinya ibunya. Karena janjinya itu maka istrinya berulang-ulang menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan ibu Putmaraga itu. Karena terus didesak istrinya, Putmaraga tak lagi bisa mengelak. Ia segera memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiapkan kapal yang besar lagi mewah miliknya yang akan digunakannya untuk berlayar ke kampung halamannya. Setelah berlayar beberapa waktu Iamanya, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu akhirnya merapat di pelabuhan Banjar, di wilayah asal Putmaraga. Dalam waktu tak berapa lama kedatangan Putmaraga dengan kapal miliknya itu menyebar diketahui warga. Kekaguman warga pun tertuju pada Putmaraga, seseorang yang dahulu mereka kenal hidup miskin bersama ibunya. Tak terkirakan gembira dan bahagianya hati Ibu Putmaraga ketika mendengar kedatangan anaknya. Sampan kecilnya segera dikayuhnya menuju tempat di mana kapal anaknya tengah merapat. Kerinduannya bertahun-tahun kepada anaknya itu hendak dituntaskannya. Seketika mendekati kapal yang besar lagi mewah itu, Ibu Putmaraga lantas menyebutkan kepada penjaga kapal, “Saya ini ibu Putmaraga. Sampaikan kepada Putmaraga, saya ingin bertemu dengannya.” Dari geladak kapalnya, Putmaraga melihat kedatangan ibunya. Mendadak ia merasa malu hati mengakui jika perempuan tua yang berpakaian lusuh lagi kumal itu adalah ibunya. Putmaraga menolak kedatangan ibunya dan bahkan memerintahkan kelasinya untuk mengusir ibunya. Katanya keras-keras seraya bertolak pinggang, “Usir perempuan tua buruk rupa yang mengaku ibu kandungku itu! Ia bukan ibuku! Ia hanya mengaku-ngaku!” Tak terkirakan terperanjatnya Ibu Putmaraga mendengar ucapan anaknya. Ia berusaha keras untuk menyadarkan anaknya, namun Putmaraga tetap juga menolak untuk mengakui sebagai anaknya. Bahkan, ketika istrinya pun turut menyadarkan, Putmaraga tetap bersikukuh jika perempuan tua itu bukan ibunya. Ibu Putiparaga bergegas pulang ke rumahnya. Ia mengambil ayam bekisar jantan dan ikan ruan yang dahulu dipelihara Putmaraga. Seketika ia telah kembali ke kapal besar milik Putmaraga, ia pun menunjukkan dua hewan itu seraya berkata, “Putmaraga anakku, Iihatlah dua binatang kesayanganmu ini. keduanya tetap Ibu rawat selama engkau pergi ke Medangkamulan. Apakah engkau masih tidak percaya jika aku ini ibumu?” “Tidak!” seru Putmaraga. “Engkau bukan ibuku! Engkau hanya perempuan tua yang mengaku-ngaku sebagai ibuku karena menginginkan harta kekayaanku! Kelasi, usir perempuan tua itu dari kapalku ini!” Putmaraga sangat jengkel karena melihat ibunya tetap berusaha menjelaskan jika ia adalah ibu Putmaraga. Karena jengkelnya, Putmaraga lantas melempari ibunya dengan kayu-kayu. Salah satu lemparan itu telak mengena ibunya hingga ibunya jatuh terpelanting. Ibu Putmaraga merasa putus asa. Sakit benar hatinya mendapati sikap anaknya yang durhaka terhadapnya itu. Ia pun kembali ke rumahnya seraya mengayuh sampan kecilnya. Air matanya terus bercucuran ketika meninggalkan kapal milik anaknya itu. Dengan hati remuk redam, ia pun berdoa kepada Tuhan, “Ya Tuhan, sadarkanlah kedurhakaan anak hamba itu.” Seketika setelah ibu Putmaraga berdoa, alam tiba-tiba menampakkan kemarahannya. Langit yang semula cerah berubah menjadi amat gelap. Awan hitam bergulung-gulung. Kilat berkerjapan laksana merobek-robek langit yang disusul dengan gelegar petir berulang-ulang. Angin topan mendadak datang, menciptakan gelombang yang menderu-deru dengan kekuatan dahsyatnya. Semua kemarahan alam itu seperti tertuju pada Putmaraga yang kebingungan serta ketakutan di dalam kapal besar lagi mewahnya. Kapal Putmaraga seketika itu digulung gelombang air berkekuatan dahsyat. Sadarlah Putmaraga akan kedurhakaan besarnya terhadap ibu kandungnya. Ia pun berteriakteriak meminta ampun kepada ibunya. Namun, semuanya telah terlambat bagi Putmaraga. Kedurhakaan besarnya kepada ibunya tidak berampun. Kapal besar lagi mewah itu sirna ditelan ombak besar bergulung. Seketika alam telah kembali tenang, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu mendadak menjadi batu. Pesan moral dari Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Hikayat Putmaraga adalah kedurhakaan kepada orangtua, terutama ibu, akan berbuah kemurkaan Tuhan. Sekali-kali janganlah kita berani durhaka jika tidak ingin mendapatkan kemurkaan Tuhan.
PangeranAntasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1797 atau 1809 - meninggal di Bayan Begok, Hindia Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.. Ia adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862, dia dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul
Cerita rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan - Lagenda telaga bidadari. Beberapa waktu yang lalu cerita rakyat kalimantan timur dengan judul legenda burung RoakMaka untuk kali ini dongeng rakyat dari kalimantan selatan yang akan menghiasi halaman sejarah dan budaya rakyat kalimantan selatan yang di bahasa di kesempatan ini adalah cerita rakyat nusantara legenda telaga bidadari, dalam bentuk dongeng singkat. Jadi cerita dongeng rakyat kalimantan ini bukanlah cerita rakyat panjang akan tetapi cerita rakyat pendek yang menjelaskan kisah cerita yang turun temurun dari masyarakat di kalimantan bagaimana kisah cerita rakyat nusantara dengan judul legenda telaga bidadari, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja ringkasan cerita legenda telaga bidadari dibawah rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan - Legenda Telaga BidadariAlkisah dalam cerita rakyat telaga bidadari, pada jaman dahulu kala, Ada seorang pemuda tampan bernama Awang Sukma yang tinggal di hutan. Ia adalah penguasa daerah hutan suatu hari, tiba tiba Awang mendengar suara wanita dari telaga. Ternyata di telaga tersebut ada 7 orang bidadari cantik jelita yang sedang mandi. Awang mengintip bidadari tersebut dari balik semak-semak dan mengambil salah satu dari selesai mandi, para bidadari tersebut mengambil selendangnya dan kembali ke si bungsu tidak bisa kembali karena selendangnya diambil oleh Awang Sukma. Ia pun ditinggalkan oleh keenam itu, Awang keluar dari persembunyiannya dan membujuk si bungsu untuk tinggal bersamanya. Karena takut sendirian, ia pun memutuskan tinggal bersama di rumah, Awang menyembunyikan selendang milik putri bungsu di balik lumbung padi. Hal tersebut ia lakukan lantaran tidak ingin bidadarinya memutuskan untuk kembali ke lama tinggal bersama, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah dan dikaruniai satu orang mereka sangatlah bahagia dan berkecukupan. Namun, kebahagiaan itu mulai surut ketika si putri bungsu menemukan selendangnya saat akan mengambil padi di merasa sangat sedih dan kecewa atas kebohongan Awang selama ini. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk kembali ke khayangan dan meninggalkan Awang serta anaknya. Namun, ia berjanji akan sering kembali ke bumi untuk menengok putri pun menyesal atas perbuatannya selama ini. Ia kini tinggal berdua dengan anaknya dalam rasa penyesalan yang mendalam. - sekian -Hingga kini telaga yang ada di Kalimantan Selatan tersebut dinamai dengan Telaga Bidadari. Cerita rakyat di atas merupakan salah satu contoh dari kumpulan cerita rakyat nusantara dan legenda yang sarat akan pesan satu pesan moral dari cerita telaga bidadari yang dapat dipetik adalah jangan mencuri demi mendapatkan sesuatu yang di inginkan. Hendaklah mengusahakannya dengan cara halal. Seperti halnya Awang yang mencuri selendang putri bungsu, pada akhirnya pun ia mengalami penyesalan karena telah cerita rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan berjudul legenda telaga bidadari, Baca juga cerita rakyat yang singkat dan menarik atau cerita rakyat pendek lainnya seperti gunung tangkuban, danau toba, Lutung Kasarung yang telah diterbitkan sebelumnya dan cerita rakyat jawa timur, semoga contoh cerita rakyat nusantara legenda telaga bidadari diatas dapat menghibur.
CeritaRakyat Putri Junjung Buih Cerita Rakyat Putri Junjung Buih. Salah satu cerita rakyat yang berasal dari Kalimantan Selatan yaitu tentang Putri Junjung Buih. Kisahnya terjadi di sebuah kerajaan Amuntai di Pulau Kalimantan yang pemimpinnya merupakan dua orang bersaudara. Kedua saudara tersebut bisa membagi tugas mereka dengan sangat baik.

- Asal usul Nama Kampung Uka-Uka merupakan cerita rakyat Kalimantan Selatan. Cerita rakyat merupakan salah satu kekayaan Uka-Uka merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Namun saat ini, Kampung Uka-Uka lebih dikenal dengan nama Desa Oka-Oka. Berikut ini cerita rakyat asal usul nama Kampung Uka-Uka yang diambil dari buku Asal-Usul Nama Kampung Uka-Uka yang ditulis oleh Usul Nama Kampung Uka Uka Dahulu kala di sebuah kampung kecil yang terletak di pantai Pulau Laut, hidup sepasang suami istri. Sang suami bernama Ning Mundul yang biasa dipanggil Datu Ning Mundul, meskipun usianya terbilang muda. Ia dipanggil datu karena memiliki kemampuan yang luar biasa. Baca juga Dongeng Situ Bagendit, Cerita Rakyat dari Jawa Barat Pesan Moral dan Letak Ning Mundul seorang pekerja keras. Ia juga rajin menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Istri Ning Mundul juga rajin, jika Ning Mundul pergi bekerja maka ia menyelesaikan tugas rumahnya, seperti memasak dan mencuci.

. 279 404 207 473 496 433 477 407

cerita rakyat kalimantan selatan singkat